Konon, di surga pun ada pepohonan seperti halnya di dunia, yang akan menaungi para penghuni surga hingga mereka merasa nyaman di bawahnya.
Surga adalah tempat super indah yang diperuntukkan buat hamba-hamba Allah yang beriman. Segala fasilitas tersedia di sana dan dengan mudah kita bisa mendapatkannya. Bahkan, dengan terbersit dalam hati saja, keinginan itu secepat kilat bisa terwujud. Salah satu fasilitas yang disediakan Allah di surga adalah adanya pohon-pohon yang rindang daunnya dan super lezat buahnya.
Salah satu pohon surga itu bernama Pohon Thuba. Pohon ini sangat besar dan luas. Untuk bisa melewatinya dari sisi kiri ke sisi kanan, kita harus membutuhkan waktu 100 tahun perjalanan menggunakan kendaraan yang super cepat. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi, “Di surga itu ada sebuah pohon yang jarak naungannya harus ditempuh selama saratus tahun perjalanan bagi pengendara. Pohon tersebut tidak dapat ditebang.”
Dalam al-Qur’an pohon Thuba itu bisa dilukiskan dalam firman-Nya yang berarti, “Dan naungannya terbentang luas.” (QS Al-Waqi‘ah [56]: 30)
Tentang nama pohon Thuba sendiri terambil dari riwayat Abu Hurairah r.a. yang berbunyi, “Di surga itu ada sebuah pohon yang bernama pohonThuba. Allah Swt. memerintahkan pohon tersebut, ‘Produksilah semua keinginan hamba-Ku.’ Kemudian pohon tersebut memproduksi kuda, kendali, pelana dan penampilan kuda itu sesuai dengan keinginan hamba itu. Selain itu, pohon tersebut juga memproduksi semua keinginan si hamba seperti tunggangan dan pakaian.”
Menurut Ibnu ‘Abbas r.a., naungan yang panjang di surga itu hanya sebatang pohon. Panjang naungannya membutuhkan waktu perjalanan seratus tahun bagi pengendara yang paling cepat. Naungannya meliputi semua arah. Semua penghuni surga berdatangan menuju pohon tersebut. Mereka bercakap-cakap di bawah naungannya. Sebagian dari mereka ada yang menginginkan permainan seperti yang ada di dunia. Kemudian Allah Swt. mengirimkan semilir angin dari surga. Pohon itu pun bergerak dengan segala bentuk mainan yang ada di dunia.
Pohon Thuba ini pernah diceritakan dalam perkawinan Siti Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Dalam Nuzhatul Majalis disebutkan bahwa Anas bin Malik mengatakan, “Rasulullah Saw. sedang berada di masjid ketika bersabda kepada Ali, ‘Di sini Jibril mengabarkan kepadaku bahwa Allah menikahkan Fatimah denganmu, dan membuat 40 ribu malaikat bersaksi atas pernikahan itu. Dia juga mengilhami pohon Thuba agar menaburi mereka dengan permata, batu mirah delima, perhiasan, dan manik-manik. Setelah hal itu dikerjakan, para bidadari bergegas mengumpulkan segenap permata, batu mirah delima, perhiasan, dan manik-manik ini untuk ditukar dengan hadiah hingga Hari Kebangkitan.” (As Suyuthi menuturkan riwayat ini dalam Tahdhirul Khawas)
Dalam hadits diceritakan bahwa pernikahan Fatimah dan Ali disaksikan langsung oleh malaikat. Bahkan, Allah memerintahkan malaikat dan para bidadari untuk merayakannya di langit keempat dekat Baitul Ma’mur. Para malaikat dari segenap langit berkumpul di langit keempat dan mendirikan mimbar kehormatan yang terbuat dari cahaya. Dan Allah memerintahkan pula kepada pohon Thuba agar menaburi para malaikat tersebut dengan permata, batu mirah delima, perhiasan dan manik-manik agar suasana terlihat semakin meriah.
Dalam hadits lain riwayat Jabir bin Abdullah, Nabi juga menyinggung tentang pohon Thuba ini, “Demi Allah yang mengutusku dengan kerasulan; ketika Allah menikahkan Fatimah dan Ali, Dia memerintahkan para malaikat terdekat mengelilingi arasy –Jibril, Mikail, dan Israfil. Dia juga memerintahkan burung-burung bernyanyi dan menyuruh pohon Thuba menaburi mereka dengan mutiara-mutiara bening, permata-permata putih, zamrud hijau dan mirah delima.”
Al-Hafidz Abu Nu’aim menuturkan dalam Hilyatul Auliya (Jilid 5 hal 59) bahwa Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Maka Allah memerintahkan pohon surga berbuah permata dan perhiasan; Dia lalu menyuruhnya menaburkan semua itu kepada para malaikat. Sehingga siapapun yang menerima lebih daripada yang lainnya di hari itu, akan bangga terhadapnya hingga Hari Kebangkitan.”
Jadi, dari hadits di atas tampaklah bahwa betapa pentingnya posisi pohon Thuba di surga. Ia menjadi pohon sentral dari pohon yang ada di surga. Bahkan, pakaian ahli surga keluar dari kelopak bunga pohon ini yang bernama sundus dan istabraq (sutra bulu halus dan tebal). Warnanya bermacam-macam; ada yang putih, merah, hijau, kuning dan hitam. Mereka memakai gelang emas dan perak, mahkota intan berlian yang mutiaranya adalah yakut. Jika manusia di dunia ini melihat pakaian-pakaian tersebut, tentu mereka pingsan karena tidak tahan melihatnya.
Selain pohon Thuba, di surga juga ada pohon yang bernama Pohon Bidara dan Pohon Pisang. Hal ini berdasarkan firman Allah yang berbunyi, “Golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, serta kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 27-34)
Ayat di atas menunjukkan bahwa pohon bidara itu tidak berduri. Namun, ada juga pohon bidara yang berduri bernama Pohon Thalhu. Namun, duri ini diganti dengan buah-buahan yang satu butirnya terdiri dari 70 rasa yang berbeda.
Selain itu, pohon kurma dan delima pun disediakan di surga, seperti tercatat dalam firman-Nya, “Di dalam keduanya terdapat segala macam buah-buahan dan kurma serta delima,” (QS Ar-Rahman [55]: 52) dan firman-Nya, “Dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut.” (QS. Asy-Syu’ara: 148)
Di surga juga terdapat pohon yang bentuknya lebih kecil dari delima dan lebih besar dari apel. Manisnya seperti madu. Allah Swt. akan memberikan fasilitas pohon tersebut kelak di Hari Kiamat kepada mereka yang berpuasa.
Lalu, ada juga pohon yang cabang dan akarnya terbuat dari emas, sementara ujungnya terbuat dari permata. Nabi bersabda, “Cabang setiap pohon di surga pasti terbuat dari emas.”
Pohon tersebut dihiasi dengan intan dan permata. Buahnya bak susu perawan, yang lebih lembut dari busa dan lebih manis dari madu. Ketika sesuatu dipetik dari pohon tersebut, bagian yang terpetik itu akan tumbuh kembali. Ini merupakan arti dari firman Allah Swt., “Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya,” (QS Al-Waqi‘ah [56]: 33). Pohon tersebut diperuntukkan bagi orang yang pernah membaca tasbih, takbir, dan tahmid.
Rasulullah Saw. menginformasikan bahwa banyak dari mereka yang taat dan beramal saleh memperoleh pahala berkat amal baik mereka. Amal mereka tersebut menjadi tanaman berupa pepohonan dan pohon kurma. Tanaman tersebut terus tumbuh tanpa batas. Siapa saja yang mengucapkanSubhanallahil ‘azhim wa bi hamdihi, maka akan ditanam untuknya pohon kurma di surga. Siapa saja yang mengucapkan Subhanallahil ‘azhim wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar, maka setiap bacaannya akan menjadi tanaman di surga. Setiap orang yang mengkhatamkan bacaan Al-Quran, maka doanya akan dikabulkan dan satu pohon di surga yang disediakan untuknya. Siapa saja yang berpuasa sunah satu kali, maka akan ditanam satu pohon surga untuknya. Siapa saja yang berjalan untuk menagih hutang miliknya, maka semua hewan melata di bumi dan ikan-ikan di lautan akan mendoakannya. Setiap langkahnya akan menumbuhkan satu pohon di surga dan dosa-dosanya pun akan diampuni.
Demikian tentang Pohon Thuba dan beberapa pohon lainnya di surga. Pohon-pohon ini tidak saja bisa memberikan manfaat lewat buahnya, tapi gesekan dari ranting-ranting pohon surga tersebut bisa menimbulkan suara-suara yang sangat indah. Demikian kata Yahya bin Abu Katsir ketika menafsirkan Surat Rum ayat 15, “Di surga itu ada nyanyian.”
Eep Khunaefi/Dimuat HIdayah edisi 115
1 komentar:
Subhanallahil ‘azhim wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar
Posting Komentar