Senin, 24 Januari 2011

NAIK HAJI BERKAT TAHAJJUD

Postingan saya kali untuk berbagi pengamalan. Pengalaman ringan dan tak masuk akal. Tapi kenyataan itulah yang saya alami ketika masih bermukim di kota Merauke – Papua.

Ketika itu saya telah beristri dan memiliki dua orang anak. Saya tinggal didaerah mayoritas non muslim. Tetangga disebelah kiri dan kanan juga bukan muslim. Kehidupan saya juga terbilang tidak stabil. Kami hidup jauh dari kehidupan kedua orang tua. Baik orang tua saya maupun kedua orang tua istri saya. Kehidupan dalam keluarga pas-pasan. Bahkan dibawah pas-pasan.



Ketidak stabilan hidup saya disebabkan karaktek lingkungan yang membentuknya. Kehidupan pas-pasan juga tergantung tanggal. Tanggal muda adalah waktu terima dan menghabiskan gaji. Ketika sudah pertengahan bulan sampai akhir bulan, maka disitulah letak kehidupan dengan status dibawa pas-pasan.

Saya nakal. Suka melakukan dosa. Mabuk, Judi, adalah ilustrasi bagian dari rutinitas saya sehari-hari. Tapi satu hal yang paling saya tidak suka adalah perempuan. Saya tidak mampu untuk yang satu ini. Saya selalu menghargai ibu saya sebagai seorang perempuan.

Urusan sehari-hari sebagai kewajiban seorang muslim tidak mulus. Ketika tiba titik normal dalam hidup saya, saya menangis dan berontak dalam hati. Masih kah ada Tuhan memafaakan segala dosa dan perbuatan maksiatku?

Pada satu titik normal yang saya rasakan luar biasa. Saat itu memang dalam bulan puasa. Saya tidak tahu kenapa malam itu saya tidak bisa tidur. Saya pun menghabiskan waktu di depan televisi. Seluruh chanel dari siaran parabola sudah saya telusuri.

Ketika itu, waktu merauke menujukkan pukul 02.30 wit. Saya terpaku duduk bersimpuh di depan layar kaca menyaksikan siaran langsung sholat taraweh dari masjidil haram yang disiarkan salah satu televisi luar negeri.

Hatiku bergetar melihat Kabah. Bersamaan itu juga saya mengikuti bacaaan imam yang saya bisa ikuti. Alfatiha adalah surah yang saya ikuti ketika imam masjidil haram membacanya. Saya tak kuasa mengucapkan surah itu. Yang ada cuma air mata dan kata-kata dari bibirku yang gemetar ”Allahu Akbar” ya Allah. Inilah puncak getaran dalam hatiku yang paling dalam.

Ditengah tangis yang tulus, terucap dari bibirku ”Allahu Akbar, Ya Allah kapan saya mengunjungi KabahMu”, ”Allahu Akbar, Ya Allah ampuni saya dan berikan rejekimu mendatangi KabahMu” dua kalimat itulah yang terus berulang kali saya ucap sambil melihat layar kaca yang disertai dengan linangan air mata.

Luluh lantah. Lunglai menggorogoti sekujur tubuhku. Lemas, pasrah dan sejuta kegundahan. Allah Maha Besar pemilik Alam raya ini dan segala isinya.

Ditengah kegundahan malam itu, terbetik niat tulus dari dalam hatiku yang paling dalam, ”Ya Allah mudahkan jalanku untuk menuju KabahMu. Allahu Akbar”
Malam itu juga lahirlah tekad saya dalam satu niat untuk membuka tabungan agar bisa menunaikan ibada haji kapan saja Allah ridhoi.

Malam itu seluruh aktivitas saya di depan layar kaca, saya ”bungkus” rapat-rapat dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa. Termasuk istri. Dan hingga saat ini istripun tidak tahu.

Keesokan harinya saya buka tabungan khusus sebagai awal upaya untuk membiayai ONH. Saldo awal yang saya setor Cuma 250 ribu. Dalam benak saya kapanpun cukupnya baru saya melakukan ibadah haji.

Hari berjalan, bulan berjalan, saldo tabungan saya tidak bertambah. Untuk membuat hati saya tetap semangat menuaikan ibada haji, saya mencoba mendirikan sholat tahajjud. Sholat tahajud saya lakukan tiap malam. Awalnya memang berat. Tapi seminggu kemudian terasa ada yang membangunkan setiap pukul 01.00 dinihari.

Shalat tahajjud saya lakukan cuma dua rakaat. Bacaannyapun cuma Alfatiha, al-kaafiruun untuk rakaat pertama. Alfatiha, al-ikhlash bacaan rakaat kedua. Lalu doa. Doa yang saya sampaikan cuma satu, ”Ya Allah berikanlah rejekimu dan mudahkanlah hambamu mengjunjungi kabahMu, Amin” Doa ini saya sampaikan kepada Tuhan pencipta alam semesta dalam bahasa indonesia. Shalat tahajjudku tanpa diakhiri dengan dengan sholat witir.

Doa ini saya ulang setiap habis sholat tahajjud. Dari perkiraan perhitungan waktu, sholat tahajjudku sudah tujuh hari secara berturut-turut berlangsung. Saya tidak berhenti sampai disitu. Sholat tahajjud dan doa saya lakukan hingga tak terasa sudah memasuki tiga bulan.

Pada bulan keempat, harinya saya lupa persis, tapi kala itu adalah waktu kerja. Waktu kerja di kantor saya adalah 5 hari seminggu, sabtu dan minggu adalah hari libur. Ketika saya pulang dari kantor sekitar pukul 17.30 waktu merauke, saya kaget ada catatan dekat telepon.

”apa ini?” tanya saya kepada istri
”tidak tahu, tadi ada yang telepon dari makasar suruh siapkan bulpen, kertas dan saya disuruh mencatat” ungkap istri saya.
Catatan yang dibuat istri saya dekat telepon itu bertuliskan pas photo 4x6, 3x4 dan sebagainya dalam jumlah yang banyak untuk disiapkan.

Makasar adalah tempat kantor pusat saya bekerja. Karena penasaran dengan catatan itu, saya bermaksud menanyakan keesokan harinya kepada bagian SDM ditempat saya bekerja. Malam itu saya lagi-lagi melakukan sholat tahajjud dengan doa seperti diatas.

Keesokan harinya sebelum memulai aktivitas di kantor, saya mencoba menemui kepala bagian SDM di tempat saya bekerja.

”pak, saya mau tanya sesuatu apakah ada waktu” kataku
”boleh, silakan apa yang ingin ditanyakan” jawab kabag SDM
”ini ada catatan yang dibuat istri saya, katanya dari kantor pusat di makassar” sambil saya menunjukkan catatan yang berisi pas photo dengan berbagai ukuran dan jumlah eksplar yang diminta.

Tak ada kata jawaban dari kabag SDM saya, tapi dia langsung mengulurkan tangan dengan tawaran salam jabatan tangan. Kami pun berjabat tangan. Saat berjabat tangan kabag SDM saya menatap mata saya dengan raut wajah yang cerah sembil berucap
”selamat, anda mendapat penghargaan haji dari perusahaan”

”Allahu Akbar... Allahu Akbar...Allahu Akbar” teriakku keras dengan gelinangan air mata. Saya langsung sujud syukur dihadapan kabag SDM, dalam sujud syukur saya pun menyampaikan ungkapan syukur hingga lantai basah dengan genangan air mataku.

Sungguh luar biasa. Sungguh terharu. Bermodalkan sholat tahajjud yang ikhlas dan doa yang lugu, saya dan istri telah diberi nikmat untuk bisa menunaikan ibadah haji. Seluruh biaya dan fasilitas selama menunaikan ibadah haji diberikan oleh perusahaan.

Terima kasih ya Allah, Engkau Maha Mengetahui.


(Ditulis oleh Mukhtar di Kendari berdasarkan pengalaman pribadi)

Tidak ada komentar: