Selasa, 04 Januari 2011

KETIKA TAK ADA KEMARAU

Tahun 2010. Apa yang sudah kita raih pada tahun ini? Rumah, mobil, apartemen, bisnis baru, motor atau yang lain. Jika kita sudah mendapatkan semuanya, atau salah satunya, apakah kita semakin takwa atau malah melemah? Mudah-mudahan kita semakin takwa!Amien.
Yang jelas, tahun 2010 adalah tahun tak ada kemarau. Begitu ahli perkiraan cuaca melaporkan. Keadaannya memang demikian. Sepanjang tahun ini hampir setiap hari kita disuguhkan oleh kenikmatan hujan, yang sekali-kali diiringi oleh angin puting beliung yang kencang. Banjir di mana-mana, sebagian besar di perkotaan karena sirkulasi air yang buruk. Pohon-pohon bertumbangan. Yang jelas, aktivitas kita agak terganggu: bisnis, kantor, atau kuli dan petani sekalipun.
Tanda apakah ini? Apakah alam sedang marah? Ada yang mengatakan, inilah tanda-tanda kiamat. Ada pula yang berpendapat bahwa kita sedang memasuki babak sejarah yang memilukan. Sebuah sejarah yang bisa menghapus banyak elemen penting di dunia ini. Ada yang menilai kalau masa sekarang seperti kondisi ketika Meksiko dijatuhi asteroid, yang menghancurkan Dinosaurus dan genitasnya hingga sekarang.
Gejalanya mungkin hampir sama. Sebab, sepanjang tahun ini kita tidak melihat kemarau. Kalaupun ada, hanya tidak hujan dalam waktu sehari, dua hari atau beberapa hari. Setelah itu, hujan lebat lagi.
Sebagai manusia tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya bisa menyalahkan diri sendiri sebagai hamba Tuhan. Karena kita tidak taat kepada Allah. Kita melupakan diri-Nya. Di saat kerja kita, diam kita, senang kita, prestasi kita, bukan Tuhan yang kita ingat, tapi materi dan kebahagiaan sesaat. Tidak ingatkah bahwa semua ini justru pangkal dari kehancuran alam ini.
Sejatinya, tidak adanya kemarau sepanjang tahun ini membuat kita semakin dekat pada Allah (tadzkirah) bahwa bisa jadi kiamat memang telah dekat. Sebab, Tuhan tidaklah menjadikan sesuatu di alam ini selain untuk pelajaran buat kita semua. Yaitu, pelajaran sejauh mana kualitas kita dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Demikian langkah yang paling bijak, bukan malah menyalahkan Tuhan karena tidak mengirimkan kemaraunya pada tahun ini. Sebab, Tuhan bertindak atas kreasi yang kita ciptakan, Allah ‘inda dzanni ‘abdi bi (Allah berada dalam persangkaan hamba-Ku). Artinya, alam hujan atau kemarau, itu karena ulah kita sendiri. Sekarang kemarau, itu karena kita yang menginginkannya sendiri, bukan Tuhan.Wallahu a’lam bil shawab!

Khunaefi, S.Thi

Tidak ada komentar: