Selasa, 04 Januari 2011

Pesantren Darul Ma’arif, "KAMPUS HIJAU DI TENGAH STIGMA NEGATIF"


Stigma negatif kerapkali menghinggapi Indramayu, mulai dari pemasok tenaga kerja ke luar negeri hingga pekerja seks komersil di perkotaan. Namun, dengan berdirinya Pesantren Darul Ma’arif atau lebih dikenal Kampus Hijau di daerah Kaplongan, Karangampel, Indramayu ini, berharap stigma negatif tersebut berangsur hilang.

Dinamakan Kampus Hijau karena hampir 100 persen, corak bangunan di pesantren ini berwarna hijau seperti warna khas NU. Memang, pesantren ini merupakan lembaga pendidikan NU. Yang mendirikan adalah orang yang aktif di organisasi PBNU Pusat, H. Dedi Wahidi. Di PBNU Pusat, beliau membidani masalah pesantren dan madrasah.
Jika Anda memasuki pesantren ini, setelah pintu gapura yang berdiri gagah dan megah, Anda akan disuguhkan pemandangan foto-foto para pendiri dan penggerak NU di pajang di pagar sebelah kiri seperti foto KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Ali Ma’sum, KH. Ahmad Shidiq, KH. Ilyas Ruhiyat, KH. A. Sahal Mahfudz, KH. Idam Khalid, KH. Abdurrahman Wahid dan KH. Hasyim Muzadi. “Model pesantren semacam ini di kalangan pesantren NU, mungkin baru di sini satu-satunya,” ujar Abu Ya –panggilan akrab KH. Mukromin Thohir.
Apa makna di balik pemasangan foto-foto tersebut? Menurut Abu Ya, pengasuh pesantren Darul Ma’arif yang juga mahir berbahasa Arab ‘amiyah (pasaran) ini, semata-mata agar kita tidak lupa pada masa lalu. Agar kita selalu ingat pada founding father (pendiri) dari organisasi NU.
Ya, Kampus Hijau ini semacam representasi dari sebuah pesantren elit NU yang terorganisir, gagah dan sangat modern yang ada di Indramayu. Kenapa demikian? Jika Anda memasuki area pesantren, Anda akan disuguhkan sebuah bangunan sekolah yang spektakuler dan indah, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Tampaknya, untuk membangun semuanya itu dibutuhkan dana milyaran rupiah. Karena itu, Muktamar NU yang akan datang diadakan di Kampus Hijau ini.
Sistem pendidikan di Pesantren Darul Ma’arif menggabungkan antara sistem salafi dan modern. Sistem salafinya terletak pada masih diajarkannya berbagai kitab klasik yang khas diajarkan di pesantren-pesantren tradisional, seperti Bulughul Maram, Al-Jurumiyah, Alfiyah, dan sebagainya. Sementara modern-nya, salah satunya, pesantren ini menerapkan sistem wirausaha dan berbicara bahasa Arab dan Inggris setiap hari. Salah satu usaha yang baru diterapkan di sini adalah ternak sapi, yang sekarang jumlahnya sekitar 36 ekor.
Untuk pangan sapi-sapi itu sendiri, yaitu rumput gajah, dihasilkan dari kebun pesantren, yang dikelola oleh para santri. Selain sapi, pesantren juga menyediakan pembibitan ikan.
Yang jelas, pesantren Darul Ma’arif merupakan salah satu proyek besar organisasi NU dalam menyelenggarakan sistem pendidikan modern. Diharapkan keberadaan pesantren ini, tidak saja membuat organisasi NU terlihat semakin modern dalam sistem pendidikannya, tapi juga memberikan efek positif bagi warga Indramayu khususnya. Diharapkan kualitas-kualitas warga Indramayu semakin membaik, tidak saja ilmu umumnya, tapi juga ilmu agamanya.
Kini, sudah sekitar 19 hektar tanah yang dipakai untuk lahan pesantren dari target sekitar 50 hektar. “Semuanya karena kebutuhan zaman,” ujar Abu Ya, yang merupakan asli Kaplongan.
Kebutuhan zaman di sini maksudnya adalah bahwa sudah saatnya pesantren membenahi diri dengan sistem pendidikan modern. Sebab, beberapa pesantren klasik yang ada sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh para santrinya. Karena itu, tidak ada pilihan lain, bahwa sistem pendidikan modern harus diterapkan di pesantren. Untuk itu, Pesantren Darul Ma’arif menerapkan sistem pendidikan modern dalam ajarannya.
Tujuan pesantren tersebut terlihat dari misi yang selama ini selalu digembar-gemborkan, yaitu mewujudkan lembaga pendidikan termaju dan mitra terdepan bagi dunia usaha atau dunia industri serta menghasilkan tamatan berstandar Internasional pada tahun 2012 yang dilandasi akhlakul karimah.
Dari 19 hektar tersebut dipergunakan untuk lahan TK PAUD NU (berdiri 2003) sebesar 5000 m2, lahan SD NU (berdiri 2008) sebesar 25.000 m2, SMP NU (berdiri 1983) sebesar 25.000 m2, SMA NU (berdiri 1996) sebesar 25.000 m2, SMK NU (berdiri 2002) sebesar 25.000 m2, lahan pesantren, lahan peternakan, lahan masjid, lahan asrama, lahan aula dan sebagainya. Untuk bangunan perguruan tinggi sendiri, tanahnya telah tersedia dan menunggu proses pembangunan.
Santri yang belajar di sini dipastikan akan merasa nyaman. Sebab, tidak saja pendidikannya yang modern, bangunannya yang megah, tapi juga alam pemandangannya yang indah. Jika kita jalan-jalan mengitari pesantren, hampir sepanjang sisi jalan yang kita lalui ditanam berbagai pepohonan yang rindang daunnya dan berwarna hijau. Hal ini semakin menguatkan klaim pesantren sebagai Kampus Hijau.
Aktivitas santri di sini cukup sibuk dari pagi hingga larut malam. Yang jelas, setiap malam Jum’at (habis Maghrib) diadakan tahlilan dan habis Isya-nya membaca berzanji serta belajar berpidato. Sejauh ini, santri-santrinya telah berdatangan dari daerah Jakarta, Bogor, Ciledug, Cirebon, Subang, dan tentunya daerah Indramayu sendiri.
Kini, di tengah usianya yang belum lama, pesantren terus melakukan pembangunan dan pembenahan. Saat Hidayah datang ke sana, terlihat beberapa pekerja sedang membangun kantin pesantren dan bangunan yang lainnya. Semoga sesuai julukannya sebagai Kampus Hijau, ke depan pesantren ini bisa menghijaukan hati-hati umat Islam dunia, khususnya Indramayu, sehingga mereka merasa damai dan sejahtera. Amien ya Rabbal ‘Alamien!

Khunaefi, S.Thi/Dimuat Hidayah edisi 111





Tidak ada komentar: