Jumat, 01 April 2011

HAJJAH KENGKONG KARENA SUMPAH PALSU


Dia bersumpah kengkong (kaya stroke) kalau tidak makan harta suaminya. Ternyata, saat ibadah haji, tangannya tiba-tiba kengkong. Mungkinkah ia termakan sumpahnya sendiri? 

      Abidah, begitu orang-orang memanggilnya. Dia adalah janda manis dengan satu anak. Di usianya yang belum terlalu tua, 40 th, Abidah pun berharap akan mendapatkan suami lagi setelah menjadi janda 3 tahun yang lalu. Sang suami meninggal karena kecelakaan tragis di jalan raya. Motor yang dikendarainya tersenggol mobil dan akhirnya dia terjatuh. Apesnya, dari arah yang lain datang mobil truk menggilas tubuhnya; dan dia pun meninggal di tempat. Tapi, adakah lelaki yang mau menikahinya karena ia memiliki seorang anak lelaki?
      Waktu berjalan dan Abidah pun terus menjalani profesinya sebagai pedagang pakaian door to door. Rupanya keinginan Abidah untuk menikah lagi tidak bertepuk sebelah tangan. Romli, tiba-tiba datang ingin melamarnya. Lelaki kaya raya ini tidak segan-segan datang langsung ke rumah janda itu dan lalu berniat meminangnya. Abidah tidak langsung
mengiyakannya karena “problem status”, yaitu Romli telah beristri. Jelas, hatinya menolak jika dimadu. Sebab, tradisi keluarganya menolak permaduan atau poligami.
      Namun, kesungguhan Romli untuk menjadikannya sebagai istri rupanya tidak main-main. Berbagai cara dilakukannya, mulai dari sering bertandang ke rumah hingga memberikannya barang yang berharga. Hal ini membuat perempuan itu semakin lama kian berpikir dua kali. Apalagi, kenyataannya, Romli adalah lelaki kaya raya, meski telah beristri. Artinya, kalaupun ia kelak menikah dengan lelaki itu, pasti dirinya tidak akan disengsarakan. Apalah artinya istri kedua? Toh, hanya sebuah status. Begitu yang dipikirkan Abidah di kemudian hari.
      Setelah meyakinkan diri, akhirnya pinangan Romli pun diterima Abidah. Tidak lama kemudian mereka pun menikah. Pernikahan Romli dengan Abidah ini, anehnya, justru tidak terlalu dipermasalahkan oleh Sariyah, istri pertama Romli. Mungkin Sariyah sendiri merasa ketakutan jika menghalangi niat suaminya, dirinya akan diceraikan. Sebab, Romli yang memiliki sikap tegas dan kadang kasar itu, tidak segan-segan mengancam Sariyah, jika niatnya dihadang-hadang.
SUMPAH PALSU
      Awalnya, kehidupan Romli, Sariyah dan Abidah bahagia. Meski Sariyah dan Abidah tinggal di tempat terpisah, tetapi mereka merasakan kebahagiaan sebagai istri-istri dari Romli. Apalagi, lelaki itu memang tidak segan-segan memberikan perhatian yang lebih pada mereka.
      Namun, suasana demikian berubah ketika masa perkawinan Romli dengan Abidah memasuki usia 3 tahun. Tampaknya, Sariyah merasakan harta kekayaan suaminya lambat laun habis, mulai dari deposito bank, tabungan, dan uang hasil jualan tanah. Sariyah menuduh Abidah telah merampas harta suaminya. Perempuan itu menilai kalau suaminya telah bertindak tidak adil dengan memberikan harta yang lebih pada istri keduanya.
      Tetapi, Romli sendiri sering mengelak, begitu juga dengan Abidah. Abidah mengaku bahwa hartanya diperoleh dari usaha dagangnya, yang dikumpulkannya bertahun-tahun. Puncaknya, Abidah bersumpah di depan Sariyah yang disaksikan oleh para tetangganya bahwa ia rela kengkong (tangannya pencor kaya stroke) jika memakan harta suaminya. Orang-orang pun percaya dengan sumpah Abidah. Karena pikir mereka, Abidah tidak mungkin berbohong jika berani bersumpah demikian. Namun, dalam hatinya Sariyah tetap tidak mempercayainya, “Rasakan aja lo Abidah, jika lo berbohong.”
PERGI HAJI
      Romli memang sangat memanjakan Abidah. Di samping karena istri mudanya, perempuan itu juga memiliki wajah yang lebih manis dibandingkan Sariyah. Pantas saja, jika sewaktu-waktu Sariyah dimakan api cemburu. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Sariyah, selain hanya berdoa dan berharap segalanya menjadi baik-baik saja.
      Puncak perhatian Romli pada Abidah adalah ketika lelaki itu mengajaknya pergi haji, tanpa disertai Sariyah. Hal ini wajar dan masuk akal, sebab Sariyah sendiri sudah naik haji diajak oleh suaminya 5 tahun yang lalu. Meski begitu, rasa cemburu tetap saja ada pada benak Sariyah. Kok, belum lama menikah sudah diajak untuk melihat Ka'bah, shalat di masjid-masjid termulia di Makkah dan Madinah dan sebagainya. Begitu pikir Sariyah kala itu. Lagi-lagi, ini pun jadi hak veto Romi sehingga perempuan itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain mendoakan yang terbaik buat keduanya selama berada di kota suci tersebut.
      Mereka pun berangkat ke tanah suci pada waktu yang telah ditentukan. Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik Laa Syariika Laka Labbaik. Innalhamda Wal Nikmata Laka Wal Mulk Laa Syariikalak.
      Gema puji-pujian disanjungkan beberapa orang untuk mengiringi kepergian Romli dan Abidah ke tanah suci. Tanda haru tampak di wajah Abidah karena ia akan meninggalkan anak semata wayangnya, Azru, yang masih berusia 10 tahun selama kurun 40 hari lebih. “Ru, jangan nakal ya. Kalau mau apa-apa minta saja pada Mama Sariyah. Dia juga ibu kamu,” pesan Abidah pada anaknya.
      Romli dan Abidah pun lenyap dari pandangan. Mereka telah naik kendaraan iring-iringan ke asrama haji untuk kemudian dilanjutkan ke bandara Soekarno Hatta. Dan dari sini, mereka pun berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan salah satu rukun Islam yang lima.
      Selama di tanah suci, Abidah pun melakukan berbagai amalan sunnah seperti kebanyakan yang dilakukan oleh para jamaah. Mulai dari pemondokan hingga ia berniat untuk tawaf mengelilingi Ka'bah. Saat pertama kali melihat bangunan berbentuk kubus berselimutkan kain indah tersebut, wajah Abidah tampak tak percaya. Apakah ini Ka'bah yang sering ia lihat di televisi atau majalah dan gambar? Oh, sangat agung sekali! Keindahannya tak bisa terlukiskan oleh kata-kata. Amat takjub!
      Namun, belum saja ia lama memandangi Ka'bah yang super menakjubkan tersebut, tiba-tiba tangan kanannya seperti bergetar atau kesemutan. Dan refleksnya tangan itu seperti terangkat ke atas lalu bagian pergelangannya menekuk. Anehnya, ia kemudian tak bisa mengembalikannya ke semula. Abidah sangat terkejut dengan pemandangan ini. Makin lama ia memandanginya baru ia menyadari bahwa ia terkena kengkong.
      Abidah menolak kenyataan ini. Hatinya menangis dan remuk redam. Ia berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jangan sampai hal ini terjadi!” Namun, kondisi tangannya yang telah kengkong tidak berubah. Segera ia berlari dan kembali ke pemondokan untuk minta tolong. Ia pun terpaksa membatalkan niatnya untuk tawaf. Semua jamaah di pemondokan dibuat sangat terkejut atas apa yang terjadi dengan Abidah. Mereka pun menyarankan Abidah agar bertaubat kepada Allah. Mungkin ada hal yang telah ia lakukan selama ini yang telah menyakiti orang!
      Abidah terus bertaubat selama di tanah suci, tapi keadaannya memang tidak berubah hingga ia kembali ke tanah air. Melihat kondisi Abidah yang telah kengkong, warga pun akhirnya menduga-duga bahwa ia telah terkena sumpahnya sendiri. Dulu, Abidah memang pernah bersumpah bahwa ia rela terkena kengkong jika terbukti memakan harta suaminya. Dengan kondisi seperti ini, maka Abidah pun telah melakukan kebohongan besar, terutama kepada Sariyah.
      Sariyah sendiri tersenyum manis penuh kemenangan melihat Abidah dalam kondisi seperti itu. Dugaannya selama ini berarti tidak salah. Deposito habis, uang hasil jualan tanah ludes dan tabungan di bank pun tidak jelas, semua itu pasti ulah Abidah.
      Demikian kisah yang terjadi pada Abidah. Hingga akhir tuanya, kondisi Abidah masih seperti ini. Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa menggunakan uang suami itu sah-sah aja, asalkan jujur dan dibicarakan bersama. Jika berlebihan dan kemudian bersumpah untuk menutupi kebohongannya itu, maka Tuhan pun tidak ridha atasnya. Sebab, sumpah tidak dibolehkan dalam hal dusta, kecuali kebenaran. (Epholic )

Tidak ada komentar: