By Eep Khunaefi
Menikah
itu sunnah Rasul. Bagaimana jika ia melakukannya berkali-kali? Nasib sial pun
menimpanya saat naik haji
S
|
ebut saja
namanya Kakek Rasidin. Dipanggil kakek karena usianya sudah menginjak kepala 6,
tepatnya 66 tahun. Selama itu ia telah berkali-kali menikah. Tercatat, sudah 9
kali ia melakukannya. Yang menjadi korban selalu istri ketiga dan keempat. Ya,
Kakek Rasidin memiliki empat orang istri (poligami). Nah, ketika ia hendak
nikah lagi, maka istri ketiga atau keempatnya yang dikorbankan atau diceraikan.
Hal itu terus ia lakukan hingga 9 kali pernikahannya.
Entahlah,
apa yang ada dalam pikiran Kakek Rasidin! Semakin tua kian menjadi. Maksudnya,
semakin bertambah usia kelakuannya kian menjadi tidak benar. Ia begitu mudah
tergoda dengan wanita muda baik itu janda maupun perawan. Herannya pula,
perempuan-perempuan itu mau saja dinikahi oleh Kakek Rasidin. Mungkin karena ia
punya kharisma. Mungkin pula karena hartanya yang cukup banyak.
Yang
jelas, untuk urusan “merayu wanita”, Kakek Rasidin adalah jagoannya. Ada saja
triknya untuk menaklukkan para wanita itu sehingga percaya dan mau dinikahi
olehnya. Yang miris adalah istri pertama dan keduanya. Mereka benar-benar diuji
kesabarannya karena ulah suaminya yang suka kawin cerai. Sudah tua tapi tidak
tahu diri. Berkali-kali diingatkan agar tidak lagi menikah, tetapi tetap saja
kelakuan bejatnya itu tak diindahkannya.
Menurut
seorang saksi, istri pertamanya sangat sabar sekali. Selama puluhan tahun ia
hidup berumah tangga bersama Kakek Rasidin, selama itu pula ia kerapkali
menyaksikan ulah suaminya yang gonta-ganti istri. Bagi Kakek Rasidin, istri itu
seperti boneka atau barang mainan saja. Sekali-kali dibutuhkan dan kalau sudah
tidak bagus lagi dibuang.
Harta
yang kuat membuat dirinya begitu percaya diri untuk menggaet para wanita dari
kalangan mana saja. Terakhir, adalah ia bisa menaklukkan seorang gadis berusia
16 tahun. Bayangkan saja, seorang gadis belia dan masih perawan mau dinikahi
oleh lelaki bandot berusia mendekati 70 tahun. Hubungan seperti kakek dan cucu
ini tampak sangat tak lazim. Tetapi, pernikahan itu nyata terjadi. Kakek
Rasidin berhasil menikahi gadis belia tersebut. Apa resepnya? Tentu saja,
kharisma, harta dan sedikit rayuan gombal.
Tidak
lama setelah menikahi gadis belia, hebatnya Kakek Rasidin langsung naik haji.
Ia menyertakan beberapa keluarganya. Uangnya seperti tak pernah habis saja.
Singkat cerita, haji itu pun nyata dilaksanakan dan ia telah berada di Mekkah
al-Mukarramah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Hilang 40 Hari
Selama ibadah haji, sebenarnya tidak
ada kejadian aneh menimpa Kakek Rasidin. Namun, saat ibadah haji selesai dan
hendak pulang ke Indonesia kejadian aneh itu baru muncul. Tiba-tiba dia
menghilang dari maktab (pemondokan). Berjam-jam
dicarinya tidak ketemu. Akhirnya ada sebuah berita yang mengatakan bahwa Kakek
Rasidin meninggal dunia. Tetapi saat dicari hingga ke makam Baqi’ (tempat dikuburkannya para
sahabat), jenazahnya pun tidak ditemukan. Akhirnya keluarga pun menyerah.
Pencarian mereka berakhir dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Meski belum
ditemukan jenazahnya, tetapi keluarga meyakini kalau Kakek Rasidin telah
meninggal dunia.
Para jamaah pun pulang ke Indonesia.
Sampai di rumah berita meninggalnya Kakek Rasidin saat ibadah haji ini seketika
menjadi hangat. Berbagai desas-desus pun mengiringi berita itu. Macem-macem
kesimpulan para warga. “Mungkin karena
dia suka kawin kali. Mungkin dia banyak dosanya kali,” ujar beberapa warga
menyimpulkan. Namun, ada juga yang berkesimpulan lebih bijak bahwa kematian
Kakek Rasidin karena sudah waktunya tiba. Usianya telah lanjut, maka wajar jika
ia meninggal dunia karena tak kuasa menahan takdir usia (yang sudah uzur).
Pada saat bersamaan, di rumah istri
pertama Kakek Rasidin diadakan tahlilan, yaitu
kirim arwah diselingi dengan membaca Yasin dan surat-surat pendek seperti al-ikhlas, al-falaq, al-nas, ayat kursi
dan sebagainya. Tidak sedikit yang datang ke pengajian itu sebagai bentuk
penghormatan kepada Kakek Rasidin yang hingga beberapa hari tidak ditemukan
jasadnya.
Keluarga sendiri tak pernah berhenti
mendoakan almarhum semoga jasadnya cepat ditemukan. Kalaupun tidak lagi,
berharap ia mendapatkan ketenangan di alam baka. Hingga memasuki tahlilan ketujuh hari, belum ada kabar
dari pemerintah Arab Saudi soal jasad Kakek Rasidin. Maka harapan sudah semakin
pupus. Kesimpulan pun bermunculan, mungkin ia dimakan binatang buas sehingga
dagingnya habis dan tak bersisa; atau bisa jadi ia tenggelam di sumur atau di
sungai nil sehingga jasadnya benar-benar tak bisa ditemukan.
Ketika harapan itu sudah habis,
tiba-tiba kejadian aneh muncul pada malam tahlilan
yang ke-40. Kakek Rasidin datang seorang diri ke rumah istri pertamanya dalam
kondisi sangat kurus dan pakaian kumal. Orang mengira arwah Kakek Rasidin yang
datang alias rohnya gentayangan. Sebagian orang pun ketakutan dan tidak sedikit
yang lari. Namun, beberapa saat kemudian mereka sadar kalau yang datang itu
adalah benar-benar Kakek Rasidin alias dia masih hidup.
Kejadian ini pun benar-benar
mengejutkan. Bagaimana bisa seseorang yang dianggap telah meninggal dunia,
tidak saja oleh keluarganya tetapi juga oleh pemerintah Arab Saudi sendiri, kini
datang kembali? Dari mana saja ia selama ini? Mungkin itulah pertanyaan besar
yang harus dijawab oleh Kakek Rasidin dan tidak sabar ingin didengar oleh orang
lain.
Kepada anaknya, Kakek Rasidin pun
berterus terang bahwa ketika berada di Makkah al-Mukarramah dia melihat banyak
sekali wanita cantik. Karena tergiur dengan kecantikan mereka, ia pun mau saja
saat mereka mengajaknya pergi. Tempat yang dituju itu, bagi Kakek Rasidin,
benar-benar sangat asing dan tidak pernah dikenalnya sama sekali. Yang jelas,
selama diajak oleh para wanita cantik itu, ia hanya berpesta pora. Mereka
bersenang-senang.
Kakek Rasidin menyangka kalau ia hanya
sebentar bersama para wanita cantik itu. Namun, setelah kembali lagi ke maktab (pemondokan) ia sudah tidak lagi
menemukan keluarganya karena sudah pulang ke tanah air. Akhirnya, oleh dinas
setempat ia pun diantarkan pulang ke tanah air dan akhirnya sampai ke rumah
dengan keadaan selamat.
Apa yang bisa kita petik dari kisah di
atas adalah bahwa apa yang kita lakukan saat di tanah air, maka itu pula yang
akan kita tunai saat ibadah haji. Karena Kakek Rasidin suka mempermainkan
wanita dengan kawin cerai, maka ia pun terjerumus oleh wanita pula saat ibadah
haji. Ia seolah-olah melihat wanita cantik dan diajaknya pergi. Padahal, bisa
jadi, para wanita itu merupakan kiriman Allah dari alam lain untuk menggoda
Kakek Rasidin. Alam para wanita yang tidak dikenal oleh Kakek Rasidin
menunjukkan bahwa sesungguhnya sang kakek sedang dibawa oleh makhluk gaib ke
alam lain. Perasaan sang kakek yang hanya sebentar, padahal sebenarnya lama,
semakin menguatkan dugaan ini.
Atas dasar itulah, kita harus
menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum berangkat ibadah haji. Hendaklah kita
bertaubat sepenuh hati sebelum berangkat ke sana. Tidak saja mempersiapkan
nilai materi saja, tetapi juga mental dan spiritual kita. Semoga kisah ini bisa
menjadi pelajaran berharga buat pembaca sekalian. Khususnya buat Kakek Rasidin
sendiri, semoga hal ini bisa menyadarkannya bahwa apa yang dilakukannya selama
ini tidaklah baik. Sehingga saat ia mau naik haji lagi (mungkin), itu akan
membuatnya semakin lebih mempersiapkan dirinya, baik mental maupun
spiritualnya. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar