Kamis, 31 Mei 2012

RAJIN MENUNTUT ILMU


By Eep Khunaefi


 Merantaulah! Karena berdiam diri di tempat ibarat air yang tidak mengalir: bau dan busuk. (Imam Syafi’i)

W
ahai remaja muslim, tahukah Anda sosok Imam Ali bin Abi Thalib? Dia adalah menantu Rasulullah Saw. yang sangat alim. Oleh Rasul, Ali dijuluki sebagai pintu kota ilmu Rasulullah. “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa hendak memasuki satu kota, hendaknya ia masuk dari pintunya,” kata Rasul. Ini artinya apa? Ali adalah sosok yang luar biasa dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan. Sebab, sejak kecil hingga remaja ia selalu bersama Rasulullah. Karena itu, banyak ilmu Rasul yang diserap Ali.
Di antara para sahabat, Ali dikenal sebagai sahabat yang paling suci, pemberani dan cerdas. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sepanjang hidupnya Ali tidak pernah melihat kemaluannya sendiri. Beliau juga sangat pemberani. Bayangkan, pada saat orang Quraisy sudah mengepung kediaman Nabi, Ali kecil bersedia tidur di atas tempat tidur Rasulullah sehingga orang-orang Quraisy mengira Nabi masih berada di rumahnya. Ali dengan ikhlas mau menghadapi resiko pembunuhan itu. Ia juga pembuka benteng Khaibar saat tidak ada sahabat yang sanggup melakukannya.

Wahai remaja Muslim, Ali juga disebut sahabat paling cerdas. Mengapa? Karena dialah sahabat yang paling banyak diajak bincang-bincang oleh Nabi. Karenanya, tak heran kalau Nabi menggelari Ali sebagai pintu bagi ilmunya.
Kecerdasan Ali telah menyebar di kalangan penduduk Madinah. Tidak sedikit orang yang iri kepadanya dan bermaksud ingin ngetes, membuktikan apa betul Ali itu bener-bener pinter. Di antara mereka terdapat orang-orang Khawarij, sahabat-sahabat Ali yang berbalik menentangnya. Mereka menyusun rencana untuk ngetes sekaligus untuk menjatuhkan reputasi Ali dan Nabi. Kesepuluh orang itu disuruh mengajukan pertanyaan yang sama kepada Ali, tetapi pada waktu yang berlainan. Jika kelak Ali memberikan jawaban yang berbeda dan benar, berarti benar ia seorang yang sangat alim. Tetapi, jika jawabannya sama, berarti kecerdasan Ali hanya omong kosong. Bila ini yang terjadi, berarti Nabi juga pembohong besar. Dengan begitu, mereka nanti bisa membuktikan kepalsuan kenabian Muhammad.
Khawarij pertama bertanya, Apa kelebihan ilmu di atas harta? Ali menjawab: “Bila harta harus dijaga, maka ilmu menjaga Anda.” Keesokan harinya Khawarij yang lain bertanya hal yang serupa. Ali menjawab: “Bila harta kau keluarkan, ia akan segera habis. Tapi bila ilmu kau ajarkan, ilmumu akan bertambah banyak.” Hari berikutnya Khawarij yang ketiga bertanya. Ali menjawab: “Bila harta mengotori hati orang, maka ilmu membersihkannya.” Dan seterusnya. Khawarij keempat, kelima sampai kesepuluh mengajukan pertanyaan yang serupa secara bergantian. Tetapi hebatnya, Ali memberikan jawaban yang berbeda, dan benar lagi. Setelah itu mereka baru meyakini akan kebenaran kecerdasan Ali. Mereka juga yakin akan kebenaran sabda Rasul. Bahkan, konon, ada juga dari mereka yang masuk Islam berkat kejadian ini.
Wahai remaja Muslim, apa yang bisa kita petik dari kenyataan di atas? Yang pertama, pintar itu sangat penting. Kedua, untuk bisa pintar, ya harus belajar. Ali harus belajar langsung kepada Nabi agar bisa menjadi pintar dan menguasai banyak ilmu pengetahuan.
Untuk para remaja Islam, hendaklah juga belajar yang rajin seperti sahabat kita Ali bin Abi Thalib. Jika Anda tidak ingin tersesat di dunia ini dan menjadi mahir dalam bidang agama, maka merantaulah seperti kata Imam Syafi’i di atas. Maksudnya, merantau untuk menuntut ilmu, misalnya ke pesantren. Bagi para remaja, sangat penting untuk belajar di pesantren. Sebab, di sanalah Anda akan dididik banyak ilmu pengetahuan dan diasah kemampuan spiritualnya. Usai SMP/MTsN, mintalah pada kedua orang tua untuk belajar ke pesantren. Tidak usah malu dan sungkan karena demi kebaikan Anda sendiri. Sebaliknya, wahai remaja Muslim, Anda juga jangan menolak ketika orang tua hendak mengirim Anda ke pesantren.
Jika tidak mau belajar ilmu agama, tidak apa-apa belajar ilmu umum juga. Yang penting, syaratnya, ilmu itu bisa bermanfaat untuk diri Anda sendiri dan masyarakat. Apalagi, sekarang kita hidup di masa modern. Maka, sangat dibutuhkan kemahiran kita dalam bidang teknologi dan informasi (IT), manajemen, politik, ekonomi dan sebagainya. Kita pelajari semua ilmu itu seperti halnya para ulama kita dulu, seperti Ibnu Sina yang ahli dalam bidang pengobatan (kedokteran), Abu Raihan al-Biruni yang ahli dalam bidang matematika dan sebagainya.
Sebab, hakekatnya, belajar ilmu apa saja asalkan bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara, maka hal itu dinilai ibadah. Maka, tidak heran, jika Rasulullah pernah bersabda, “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina.” Ini artinya apa? Artinya, bahwa kita juga diperbolehkan untuk mempelajari ilmu umum. Sebab, saat itu di Cina kita tidak akan mungkin mendapatkan ilmu agama. Mungkin Rasul ingin menyuruh para sahabatnya untuk mempelajari peradaban Cina yang lebih maju saat itu dibandingkan peradaban Islam. Bahkan, kita disuruh oleh Rasul untuk menuntut ilmu sepanjang usia, sejak lahir sampai jadi mayat. “Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat,” kata beliau lagi.
Maka, janganlah waktu Anda (wahai remaja Muslim) dihabiskan untuk perkara yang tidak berguna, seperti pacaran, jalan-jalan ke mal, nongkrong, dan sebagainya. Anda boleh bergaul, tetapi pilihlah teman-teman yang tidak menjerumuskan Anda ke dalam hal yang tidak benar. Kalau Anda takut terjerumus, maka sebaiknya pulang sekolah Anda langsung kembali ke rumah dan belajar lagi. Ulangi dan baca kembali pelajaran yang telah didapatkan di sekolah. Itu akan jadi lebih baik dibandingkan Anda keluar dan menghabiskan banyak waktu bersama teman-teman Anda yang kurang bermanfaat.
Wahai remaja Muslim, penyesalan itu akan datang kemudian. Sebelum terlambat, maka hindari segala perkara yang akan merugikan Anda kelak. Sebelum Anda menyesal, maka belajarlah yang rajin agar kelak Anda menjadi orang yang berguna buat keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Percayalah tidak ada orang bodoh yang sukses! Kalaupun ada, mungkin hanya keberuntungan semata. Tapi, Anda tidak mungkin berharap pada keberuntungan itu dengan bermalas-malasan belajar.
Wahai remaja Muslim, tidak ada seorang pun Nabi yang dipilih jadi Nabi karena hartanya. Semua nabi diangkat jadi rasul justru karena ilmu dan kesuciannya. Nabi Sulaiman memang kaya raya. Tapi bukan karena hartanya ia dipilih jadi nabi. Tapi karena ilmunya yang luas bahkan sanggup menaklukkan binatang dan makhluk halus untuk menyembah Allah. Jadi, kalau kamu disodori ilmu dan harta, kira-kira kamu mau pilih yang mana? Tentu saja, yang pertama ilmu lalu harta.
Wahai remaja Islam, ingatkah Anda tentang hadits Nabi riwayat Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).” Menurut Imam Nawawi dalam Riyadush Shalihin, hadits ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.
Mumpung masih remaja, otak masih encer, belum pikun, belum berkewajiban nyari duit, gantungkanlah cita-citamu untuk menuntut ilmu setinggi langit. Berlomba-lombalah jadi orang cerdas dan berakhlak mulia. Selamat menggenggam masa depan!

Tidak ada komentar: