By Eep Khunaefi
Merantaulah!
Karena berdiam diri di tempat ibarat air yang tidak mengalir: bau dan busuk. (Imam Syafi’i)
W
|
ahai remaja
muslim, tahukah Anda sosok Imam Ali bin
Abi Thalib? Dia adalah menantu Rasulullah Saw. yang sangat alim. Oleh
Rasul, Ali dijuluki sebagai pintu kota ilmu Rasulullah. “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa hendak
memasuki satu kota, hendaknya ia masuk dari pintunya,” kata Rasul. Ini
artinya apa? Ali adalah sosok yang luar biasa dalam hal penguasaan ilmu
pengetahuan. Sebab, sejak kecil hingga remaja ia selalu bersama Rasulullah.
Karena itu, banyak ilmu Rasul yang diserap Ali.
Di
antara para sahabat, Ali dikenal sebagai sahabat yang paling suci, pemberani
dan cerdas. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sepanjang hidupnya Ali tidak
pernah melihat kemaluannya sendiri. Beliau juga sangat pemberani. Bayangkan,
pada saat orang Quraisy sudah mengepung kediaman Nabi, Ali kecil bersedia tidur
di atas tempat tidur Rasulullah sehingga orang-orang Quraisy mengira Nabi masih
berada di rumahnya. Ali dengan ikhlas mau menghadapi resiko pembunuhan itu. Ia
juga pembuka benteng Khaibar saat tidak ada sahabat yang sanggup melakukannya.
Wahai
remaja Muslim, Ali juga disebut sahabat paling cerdas. Mengapa? Karena dialah
sahabat yang paling banyak diajak bincang-bincang oleh Nabi. Karenanya, tak
heran kalau Nabi menggelari Ali sebagai pintu bagi ilmunya.
Kecerdasan
Ali telah menyebar di kalangan penduduk Madinah. Tidak sedikit orang yang iri
kepadanya dan bermaksud ingin ngetes, membuktikan
apa betul Ali itu bener-bener pinter. Di antara mereka terdapat orang-orang
Khawarij, sahabat-sahabat Ali yang berbalik menentangnya. Mereka menyusun
rencana untuk ngetes sekaligus untuk
menjatuhkan reputasi Ali dan Nabi. Kesepuluh orang itu disuruh mengajukan
pertanyaan yang sama kepada Ali, tetapi pada waktu yang berlainan. Jika kelak
Ali memberikan jawaban yang berbeda dan benar, berarti benar ia seorang yang
sangat alim. Tetapi, jika jawabannya sama, berarti kecerdasan Ali hanya omong
kosong. Bila ini yang terjadi, berarti Nabi juga pembohong besar. Dengan
begitu, mereka nanti bisa membuktikan kepalsuan kenabian Muhammad.
Khawarij
pertama bertanya, Apa kelebihan ilmu di
atas harta? Ali menjawab: “Bila harta harus dijaga, maka ilmu menjaga
Anda.” Keesokan harinya Khawarij yang lain bertanya hal yang serupa. Ali
menjawab: “Bila harta kau keluarkan, ia akan segera habis. Tapi bila ilmu kau
ajarkan, ilmumu akan bertambah banyak.” Hari berikutnya Khawarij yang ketiga
bertanya. Ali menjawab: “Bila harta mengotori hati orang, maka ilmu
membersihkannya.” Dan seterusnya. Khawarij keempat, kelima sampai kesepuluh
mengajukan pertanyaan yang serupa secara bergantian. Tetapi hebatnya, Ali
memberikan jawaban yang berbeda, dan benar lagi. Setelah itu mereka baru
meyakini akan kebenaran kecerdasan Ali. Mereka juga yakin akan kebenaran sabda
Rasul. Bahkan, konon, ada juga dari mereka yang masuk Islam berkat kejadian
ini.
Wahai
remaja Muslim, apa yang bisa kita petik dari kenyataan di atas? Yang pertama,
pintar itu sangat penting. Kedua, untuk bisa pintar, ya harus belajar. Ali
harus belajar langsung kepada Nabi agar bisa menjadi pintar dan menguasai banyak
ilmu pengetahuan.
Untuk
para remaja Islam, hendaklah juga belajar yang rajin seperti sahabat kita Ali
bin Abi Thalib. Jika Anda tidak ingin tersesat di dunia ini dan menjadi mahir
dalam bidang agama, maka merantaulah seperti kata Imam Syafi’i di atas. Maksudnya, merantau untuk menuntut ilmu,
misalnya ke pesantren. Bagi para remaja, sangat penting untuk belajar di
pesantren. Sebab, di sanalah Anda akan dididik banyak ilmu pengetahuan dan
diasah kemampuan spiritualnya. Usai SMP/MTsN, mintalah pada kedua orang tua
untuk belajar ke pesantren. Tidak usah malu dan sungkan karena demi kebaikan
Anda sendiri. Sebaliknya, wahai remaja Muslim, Anda juga jangan menolak ketika
orang tua hendak mengirim Anda ke pesantren.
Jika
tidak mau belajar ilmu agama, tidak apa-apa belajar ilmu umum juga. Yang
penting, syaratnya, ilmu itu bisa bermanfaat untuk diri Anda sendiri dan
masyarakat. Apalagi, sekarang kita hidup di masa modern. Maka, sangat
dibutuhkan kemahiran kita dalam bidang teknologi dan informasi (IT), manajemen,
politik, ekonomi dan sebagainya. Kita pelajari semua ilmu itu seperti halnya
para ulama kita dulu, seperti Ibnu Sina
yang ahli dalam bidang pengobatan (kedokteran), Abu Raihan al-Biruni yang ahli dalam bidang matematika dan
sebagainya.
Sebab,
hakekatnya, belajar ilmu apa saja asalkan bermanfaat untuk agama, bangsa dan
negara, maka hal itu dinilai ibadah. Maka, tidak heran, jika Rasulullah pernah
bersabda, “Carilah ilmu sampai ke negeri
Cina.” Ini artinya apa? Artinya, bahwa kita juga diperbolehkan untuk
mempelajari ilmu umum. Sebab, saat itu di Cina kita tidak akan mungkin
mendapatkan ilmu agama. Mungkin Rasul ingin menyuruh para sahabatnya untuk
mempelajari peradaban Cina yang lebih maju saat itu dibandingkan peradaban
Islam. Bahkan, kita disuruh oleh Rasul untuk menuntut ilmu sepanjang usia,
sejak lahir sampai jadi mayat. “Tuntutlah
ilmu sejak buaian hingga liang lahat,” kata beliau lagi.
Maka,
janganlah waktu Anda (wahai remaja Muslim) dihabiskan untuk perkara yang tidak
berguna, seperti pacaran, jalan-jalan ke mal, nongkrong, dan sebagainya. Anda boleh bergaul, tetapi pilihlah
teman-teman yang tidak menjerumuskan Anda ke dalam hal yang tidak benar. Kalau
Anda takut terjerumus, maka sebaiknya pulang sekolah Anda langsung kembali ke
rumah dan belajar lagi. Ulangi dan baca kembali pelajaran yang telah didapatkan
di sekolah. Itu akan jadi lebih baik dibandingkan Anda keluar dan menghabiskan
banyak waktu bersama teman-teman Anda yang kurang bermanfaat.
Wahai
remaja Muslim, penyesalan itu akan datang kemudian. Sebelum terlambat, maka
hindari segala perkara yang akan merugikan Anda kelak. Sebelum Anda menyesal,
maka belajarlah yang rajin agar kelak Anda menjadi orang yang berguna buat
keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Percayalah tidak ada orang
bodoh yang sukses! Kalaupun ada, mungkin hanya keberuntungan semata. Tapi, Anda
tidak mungkin berharap pada keberuntungan itu dengan bermalas-malasan belajar.
Wahai
remaja Muslim, tidak ada seorang pun Nabi yang dipilih jadi Nabi karena
hartanya. Semua nabi diangkat jadi rasul justru karena ilmu dan kesuciannya.
Nabi Sulaiman memang kaya raya. Tapi
bukan karena hartanya ia dipilih jadi nabi. Tapi karena ilmunya yang luas
bahkan sanggup menaklukkan binatang dan makhluk halus untuk menyembah Allah.
Jadi, kalau kamu disodori ilmu dan harta, kira-kira kamu mau pilih yang mana?
Tentu saja, yang pertama ilmu lalu harta.
Wahai
remaja Islam, ingatkah Anda tentang hadits Nabi riwayat Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berkata: Aku mendengar Rasulullah
Saw. bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan
memahamkan baginya agama (Islam).” Menurut Imam
Nawawi dalam Riyadush Shalihin,
hadits ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan
mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.
Mumpung masih remaja,
otak masih encer, belum pikun, belum berkewajiban nyari duit, gantungkanlah cita-citamu untuk menuntut ilmu setinggi
langit. Berlomba-lombalah jadi orang cerdas dan berakhlak mulia. Selamat
menggenggam masa depan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar